Senin, 17 Januari 2022

ANAK PEMULUNG MENJADI DOKTER SPESIALIS KANKER

 ANAK PEMULUNG MENJADI DOKTER SPESIALIS KANKER

Delapan belas tahun yang lalu adalah hari terberat dalam hidup anjali. seorang anak gadis yang hidup dalam kemiskinan, tinggal di buntaran kali dengan rumah terbuat dari kardus harus rela melepaskan kepergian sang ibu tercinta. ia sangat mencintai ibunya lebih dari apa pun, tak pernah sepatah kata pun ia membantah perintah ibunya, baginya ibu adalah jantung kehidupannya. ibunya pun sangat mencintainya lebih dari apa pun, terbukti dengan bagaimana ibu anjali berusaha, bekerja siang malam mengelilingi kota memulung sampah, botol, dan kardus-kardus bekasyang akan dijual demi sesuap nasi dan menyekolahkan anjali.anjali sangat  berdosa besar jika harus melawan orang tua apalagi menyakiti hati ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan segala keterbatasan. karena itu ia berjanji pada dirinya tidakan pernahsedikit pun berani melawan dan menyakiti ibunya yang sudah tua dan bungkuk. 

anjali tidak pernah malu jika sang ibu mengantarnya dengan pakaian lusuh, kusut dan penuh tambalan, bahkan dengan penuh kebanggaan terlihat dari wajahnya karena ia masih memiliki ibu yang sangat mencintainya sejak ia menghirup udara dunia, walau ayahnya telah pergi meninggalkannya ketika ia  masih berumur dua tahun akibat kecelakaan. demi membahagiakan ibunya ia belajar sungguh-sungguh, ia pun selalu menjadi juara kelas bahkan sesekali juara umum. baginya mungkin hanya prestasi sekolah yang bisa membahagiakan ibunya, hanya itu yang bisa ia berikan kepada sang ibu, karenadengan itu juga ia sedikit mendapat keringanan dalam biaya sekolah. kadang jika ibunya sakit ia pergi keliling kota, memulung mencari botol dan kardus bekas di tempat pembuangan sampah, bakahkan tak jarang ia terjerembab ke dalam tumpukan sampah karena tubuh SD nya yang masih kecil. 

sehabis sekolah menjaga seboah toko sebagai uang tambahan membeli buku sekolah atau buku yang sangat ia inginkan. baginya dengan berusaha dan bekerja keraslah mimpinya akan terwujud. ia sangat peduli mempunyai orang tua yang sangat peduli akan pendidikan anaknya, ia kadang sering menangis sendiri dalam malam gelap gulita sebelum adzan subuh, ia selalu terpikirkan dengan anak-anak yang senasib dengannya yang hidup jauh di bawah kemiskinan namun hanya ia yang mampu sekolah. ia pun kadang menyempatkan waktu mengajarkan kawan-kawan sekitar rumahnya pelajaran matematika tanpa dibayar sesen pun, dengan begitu ilmunya semakin melekat, berkah dan bermanfaat. semua pernak pernik hidupnya berjalan seperti biasa hingga suatu yang paling ia takutkan menimpanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar